KAB.PEKALONGAN,- Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin mengajak Khatib Jumat menyampaikan khotbah bertema Persaudaraan Manusia. Ajakan ini disampaikan berkenaan dengan peringatan Hari Internasional Persaudaraan Manusia pada 4 Februari 2023.
Hari Internasional Persaudaraan Manusia (International Day of Human Fraternity) ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 4 Februari 2019. Penetapan PBB ini didasarkan pada peristiwa penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia oleh Grand Syeikh Al-Azhar Ahmed Al Tayeb dan Pemimpin Pendeta Gereja Katolik Paus Fransiskus di Abu Dhabi Uni Emirat Arab. Proses penandatanganan dokumen bersejarah ini didukung penuh oleh Presiden Zayed (alm) yang saat itu menjabat sebagai Presiden Uni Emirat Arab.
“Hari internasional Persaudaraan Manusia merupakan momentum dalam memperkuat harmonisasi kehidupan manusia baik antar maupun internal umat beragama, melalui implementasi nilai-nilai moralitas,” ujar Kamaruddin di Jakarta, Kamis
(2/2/2023).
“Kami mengimbau kepada para khatib Jumat agar menyuarakan pesan persaudaraan manusia melalui mimbar masjid pada pelaksanaan salat Jumat, 3 Februari 2023,” sambungnya.
Guru Besar Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar ini menambahkan bahwa tema persaudaraan manusia menjadi perhatian dunia internasional. Semua agama sepakat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dan, hal itu dapat diwujudkan dengan kesediaan untuk menjalin sinergi di berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
“Sinergi kemanusiaan membuat kita semakin kuat. Perkembangan informasi dan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan kemanusiaan akan bisa kita optimalkan dengan kolaborasi,” sambungnya.
Persaudaraan Manusia juga menjadi isu yang terus disampaikan Kemenag melalui penguatan Moderasi Beragama. Dalam konsep Moderasi Beragama, perbedaan suku, agama, budaya, dan adat diikat dengan kesepakatan bersama.
“Konsep persaudaraan internal umat beragama, persaudaraan kebangsaan, dan persaudaraan umat manusia merupakan salah satu concern Kemenag melalui Moderasi Beragama. Perbedaan bukan ancaman, tetapi modal yang bisa kita manfaatkan agar sinergi semakin kuat,” pungkas Profesor jebolan Univeristas Bonn, Jerman ini. (Pirman/MTb)