KAJEN, (HUMAS) — Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan melaksanakan kegiatan pembagian Kartu Program Indonesia Pintar (PIP) kepada santri Pondok Pesantren (Ponpes) pada Rabu (28/08/2024). Acara ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan dan di Pondok Pesantren Walindo Boyoteluk Siwalan. Sebanyak 487 santri dari berbagai Ponpes di Kabupaten Pekalongan menjadi penerima manfaat dalam kegiatan ini.
Kepala Seksi PD Pontren Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Nurul Furqon, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Program Indonesia Pintar (PIP) adalah inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak usia 6–21 tahun, termasuk mahasiswa, serta individu dari keluarga miskin atau rentan miskin. Program ini menjadi salah satu upaya strategis untuk memajukan pendidikan di Indonesia, khususnya bagi santri-santri yang berada di bawah naungan pondok pesantren.
“PIP bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan, mencegah putus sekolah, dan menarik kembali santri yang telah putus sekolah. Program ini juga ingin membantu santri kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan kegiatan pembelajaran mereka,” ujar Nurul Furqon.
Lebih lanjut, Nurul Furqon menekankan bahwa melalui PIP, pemerintah berkomitmen untuk mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan 9 tahun dan pendidikan menengah universal (wajib belajar 12 tahun). Dengan adanya program ini, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap akses pendidikan di Kabupaten Pekalongan, menurunkan angka putus sekolah, serta meningkatkan angka santri yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kegiatan pembagian kartu PIP ini disambut baik oleh para santri dan pengelola pondok pesantren. Mereka berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang signifikan bagi pendidikan para santri, sehingga generasi muda dapat meraih masa depan yang lebih cerah melalui pendidikan yang lebih baik.
Dengan adanya PIP, diharapkan tidak ada lagi anak-anak yang harus putus sekolah karena keterbatasan ekonomi. (Nurul Furqon/MTb)