KAJEN, (HUMAS) — Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan menggulirkan inovasi bernama Program COKLAT BRONIS (Coaching Berkelanjutan & Ngobrol tentang EMIS) guna mempercepat dan menata updating data Education Management Information System (EMIS) di lembaga‑lembaga pendidikan keagamaan Islam.
Bertempat di RM Barokah 2 Kajen, rapat koordinasi dan sosialisasi COKLAT BRONIS pada Rabu (2/7) diikuti jajaran pengurus FKPP, FKDT, dan Badko LPQ se‑Kabupaten Pekalongan. Forum ini membedah strategi pendampingan berkelanjutan bagi operator dan pengelola lembaga—agar pelaporan data EMIS terlaksana tepat waktu, akurat, dan sesuai regulasi.
“COKLAT BRONIS lahir sebagai layanan berbasis kolaborasi antara Kemenag dan organisasi mitra. Fokusnya dua: meningkatkan kapasitas SDM dan menguatkan komitmen bersama demi terwujudnya data EMIS yang valid dan akuntabel,” ujar Nurul Furqon, Kepala Seksi PD Pontren, dalam sambutannya.
Ia menegaskan, data yang presisi menjadi tulang punggung kebijakan—mulai dari penyaluran bantuan hingga pengembangan mutu lembaga. “Dengan coaching rutin dan kanal diskusi terbuka, kami optimistis target nasional transformasi digital pendidikan Islam bisa dicapai lebih cepat,” tambahnya.
Tiga Pilar Pendekatan
- Coaching Berkelanjutan
Sesi pelatihan intensif untuk operator EMIS, disertai klinik pemutakhiran data secara periodik. - Ngobrol EMIS
Forum daring dan luring bagi operator untuk berbagi solusi, update regulasi, serta troubleshooting sistem. - Monitoring Kolaboratif
Tim PD Pontren dan organisasi mitra melakukan pendampingan lapangan, memastikan ketepatan data sebelum sinkronisasi nasional.
Ketua FKPP Kabupaten Pekalongan, Abdul Mujib, menyambut baik sinergi ini. “Pesantren membutuhkan pendataan yang rapi agar kebijakan pemerintah menyasar kebutuhan nyata di lapangan. COKLAT BRONIS menjawab kebutuhan itu,” tuturnya.

Harapan ke Depan
Melalui program ini, Kemenag Pekalongan menargetkan 100 % lembaga di bawah naungan FKPP, FKDT, dan Badko LPQ selesai updating EMIS tepat waktu pada semester berjalan. Data akurat diharapkan mendorong:
- Pemetaan kebutuhan bantuan sarana prasarana
- Percepatan sertifikasi kompetensi pendidik
- Penyusunan kebijakan berbasis bukti (evidence‑based)
Rapat diakhiri dengan penandatanganan komitmen bersama untuk menjaga integritas data dan jadwal pendampingan teknis tahap pertama yang akan digelar pertengahan Juli.
Dengan semangat kolaborasi COKLAT BRONIS, Kabupaten Pekalongan berupaya menjadi contoh best practice dalam tata kelola data pendidikan Islam—mewujudkan layanan yang lebih transparan, responsif, dan berkelanjutan. (FRQN/MTb)