KAJEN, (HUMAS) — Ada yang berbeda di KUA Kecamatan Kajen pagi ini. Bukan hanya prosesi administrasi atau bimbingan perkawinan yang berlangsung, tapi sebuah momen hangat dan penuh makna terjadi saat sepasang calon pengantin diarahkan untuk menulis harapan terbaik mereka di sebuah tempat istimewa: Tembok Do’a & Harapan.
Tembok ini bukan sekadar hiasan. Ia hadir sebagai wadah bagi pasangan muda—khususnya generasi Z—untuk mengekspresikan mimpi, cinta, dan tekad mereka dalam membangun rumah tangga. Setelah mengikuti sesi Bimbingan Perkawinan pada pukul 10.30 WIB, pasangan tersebut diberikan kesempatan untuk menuliskan isi hati mereka, menggoreskan janji dalam bentuk kata-kata yang akan abadi di sana.
Menurut Kepala KUA Kajen, M. Ikhwan, keberadaan tembok ini bukan tanpa alasan. “Kami ingin calon pengantin punya ruang untuk menyimpan harapan dan cinta mereka. Di masa depan, ketika badai rumah tangga datang, mereka bisa kembali ke sini, membaca kembali janji-janji itu, dan mengingat mengapa mereka memulai semuanya,” ungkapnya.
Tembok Do’a & Harapan juga menjadi bagian dari program inovatif PRASMANAN MEGONO (Penguatan Kualitas Iman dan Pangan untuk Merajut Keluarga Tresno), sebuah inisiatif dari Kementerian Agama yang menggabungkan pembinaan rohani dan ekonomi sebagai fondasi keluarga harmonis.
Lewat program ini, KUA Kajen tidak hanya menjalankan tugas administratif pernikahan, tapi juga menjadi sahabat dalam proses membangun keluarga. Memberi bekal bukan hanya secara teoritis, tetapi juga secara emosional dan spiritual.
Tembok Do’a & Harapan mengajak setiap pasangan untuk menyadari bahwa pernikahan bukanlah garis akhir, melainkan titik awal perjalanan panjang. Di balik senyum dan gaun pengantin, ada komitmen yang harus dijaga, ada cinta yang harus dirawat. Dengan menulis di tembok ini, pasangan tidak hanya meninggalkan jejak, tetapi juga menyematkan doa. Karena ketika kata-kata terukir dari hati, ia bisa menjadi pengingat paling jujur saat cinta diuji oleh waktu.
Dan begitulah, dari sebuah tembok sederhana, lahirlah ruang harapan. Tempat di mana cinta tidak hanya dirasakan, tapi juga dituliskan—untuk dikenang, untuk dikuatkan, untuk dilanjutkan. (MN/RA)