JEPARA – Penyisihan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) ke-VI tingkat nasional telah berakhir kemarin (3/12). Hari ini (4/12) dijadwalkan semua majelis memasuki babak final.
Babak penyisihan semua majelis berlangsung ketat. Salah satu yang menarik perhatian, yakni Majelis Debat Bahasa Inggris. Babak penyisihan siang kemarin, tampak peserta dari Provinsi Banten dan Kalimantan Selatan beradu kemampuan. Mereka memperdebatkan soal fiqih sosial media dalam pandangan santri.
Peserta dari Banten menjadi tim yang pro. Sementara peserta dari Provinsi Kalimantan Selatan menjadi tim di posisi kontra.
Para santri itu fasih menyuarakan pendapat dan sanggahan dengan bahasa Inggris. Setiap kali mereka usai beradu pendapat sorak sorai penonton ramai.
Majelis debat Bahasa Inggris ini sebelumnya sempat diapresiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar mengaku, bangga pada MQK kali ini ada lomba Bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang melengkapi lomba baca kitab yang tahun-tahun sebelumnya ada dalam MQK.
Terkait pelaksanaan lomba MQK hari kedua ini, Humas Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Afief mengatakan, sampai siang kemarin 80 persen majelis sudah selesai babak penyisihan. “Untuk besok pagi (hari ini) dijadwalkan semua majelis menggelar babak final sehingga siang dewan hakim dan panitera bisa melakukan sidang,” katanya.
Dari masing-masing majelis sendiri akan diambil enam putri dan enam putra untuk masuk ke babak final. Setelahnya mereka akan bersaing memperebutkan gelar juara. Mengenai pelaksanaan babak final, Afief menyatakan, akan dilakukan sebagaimana babak penyisihan. Hanya saja materinya dipastikan lebih berat.
Sementara itu disinggung mengenai keikutsertaan peserta, Afief memaparkan, hampir semua majelis diikuti perwakilan dari 34 provinsi di Indonesia. Kecuali majelis balaghah yang hanya diikuti peserta dari perwakilan 15 provinsi. “Total ada 28 majelis dengan masing-masingnya dibagi jadi tiga kategori yakni ula, wustho, dan ulya,” tuturnya.
Terkait keterbatasan peserta, Afief menyatakan, hal ini lantaran tidak semua provinsi di Indonesia untuk pondok pesantrennya ada literasi balaghah yang mengkaji terkait kaidah bahasa. “Jadi keterbatasan peserta ini bisa dipahami,” jelasnya.