Salam Simpatik
Kab. Pekalongan – Rabu, 9 Februari 2022, terlihat suasana haru disaat ada seorang wali santri yang memondokkan anaknya di Pondok Pesantren IMBS Miftahul Ulum Pekajangan yang mengungkapkan perasaannya.
“Demi Allah, bukan kami benci hingga membuangmu jauh ke pesantren. Bukan kami tak cinta wahai anak kesayanganku. Kami bahagia melihat tangismu hari ini saat kami tinggal pulang. Kelak suatu saat kau kan merindukan tangis perpisahan itu. Nanti juga kau kan paham mengapa kami titipkan engkau di pesantren. Maafkan kami tidak bisa seperti orang tua lain. Memberimu segudang fasilitas dan kemewahan. Maafkan kami hanya bisa memberikanmu fasilitas akhirat. Jadilah pembela Bapak dan Ibu di hari pengadilan Allah kelak. Dengan menjadi santri kami harap engkaulah yang mengimami sholat jenazah kami nanti, menggotong keranda kami, memandikan diri kami, membungkus kain kafan kami,” ungkapnya.
“Bukankah nanti saat kami berbaring di ruang tengah dengan kaku. Ada anak-anakku di samping kepalaku. Ada lantunan Tabarok adikmu disamping badan kami. Itulah hari terbahagia kami nanti menjadi orang tua, Nak. Jenazah kami teriring do’a anak-anak kami sendiri. Bukankah junjungan kita Baginda Nabi pernah berkata, saat kita semua mati semua amal akan terputus kecuali tiga perkara. Do’amu lah salah satunya, ” lanjutnya.
“Di pesantren sangat mengasyikkan. Temanmu teramat banyak seperti keluarga sendiri. Pengalamanmu akan luas. Jiwamu kan tegar. Kesabaranmu kan gigih. Kami hanya ingin kau bisa mendoakan kami sepanjang waktumu. Menyayangi kami dihari tua kami nanti. Selayaknya kami sayangi engkau dihari kecilmu. Kami tak ingin nanti ketika jenazah kami belum dikuburkan. Namun kau dan adikmu sudah menghitung-hitung harta, hingga permusuhanpun terjadi, ” sambungnya menuturkan.
“Selamat berjuang , Nak ! Dengarkan ustadz dan semua gurumu, muliakan mereka. Seperti kau muliakan Bapak Ibumu. Beliau-beliau adalah pengganti Bapak Ibumu di rumah. Selamat berproses, Nak ! Berbahagialah, Nak ! Tersenyumlah, Nak ! Kelak kau kan paham maksud kami, karena banyak pelajaran kehidupan yang hanya diperoleh di pesantren dan tidak ada di jalur sekolah formal. Kami selalu memohon kepada Allah agar anak kami diberikan kemudahan dalam menuntut ilmu. Jadikanlah mereka betah dan nyaman dalam menuntut ilmu di pesantren. Mudahkanlah ilmu-ilmu yang diberikan masuk kedalam hati anak kami.” ujarnya penuh haru
“Ya Allah Yaa Rabbanaa Yaa Kariim. … Berikanlah kami sebagai orang tua kemudahan untuk mencari rezeki demi menghidupi anak kami.” akhir dari ungkapan perasaannya. (Smn/Ant).