KARANGANYAR, (HUMAS) — Sebanyak tujuh kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah se-Kabupaten Pekalongan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Diklat Khusus Kepala Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah (Diksuspala) Region Jawa Tengah I yang dimulai pada Kamis, 3 Oktober 2024, di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Karanganyar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dalam rangka mengelola dan memajukan pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah.
Diksuspala yang berlangsung selama empat hari, dari 7 hingga 10 November 2024, mengusung tema “Transformasi Pendidikan Muhammadiyah: Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah.” Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting Muhammadiyah, termasuk Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP) Dahlan Rais, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Tafsir, serta Wakil Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah Iwan Junaidi dan Muhammad Ali.
Tujuh kepala MI Muhammadiyah dari Kabupaten Pekalongan yang mengikuti Diksuspala ini berasal dari berbagai madrasah, antara lain MIM Donowangun 1 Talun, MIM Donowangun 2 Talun, MIM Kutosari Doro, MIM Pakumbulan Buaran, MIM Delegtukang Wiradesa, MIM Tunjungsari Siwalan, dan MIM Kauman Wiradesa. Mereka mengikuti pelatihan intensif yang bertujuan untuk mempersiapkan mereka menjadi kepala sekolah yang lebih kompeten dan mampu beradaptasi dengan tantangan pendidikan zaman sekarang.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Diksuspala, H. Tafsir, menekankan pentingnya indikator keberhasilan sekolah yang jelas. “Salah satu ukuran kesuksesan yang paling mudah dilihat adalah jumlah siswa yang ada di sekolah,” ungkapnya, menunjukkan bahwa kualitas sekolah bisa dilihat dari antusiasme siswa untuk bersekolah di tempat tersebut.
Sementara itu, Dahlan Rais, Ketua PP Muhammadiyah, mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi oleh kepala sekolah Muhammadiyah. Ia menyampaikan dua poin penting untuk kepemimpinan yang efektif, yaitu “How to unite” (cara menyatukan) dan “How to become strong” (cara menjadi tangguh). Ia menjelaskan, “Ada yang menganut prinsip ‘small is beautiful’, namun ada juga yang memegang prinsip ‘big is powerful’. Kedua pendekatan ini relevan, tergantung pada konteks masing-masing sekolah.”
Dahlan Rais juga menekankan pentingnya seorang kepala sekolah memiliki integritas tinggi dan kapasitas intelektual yang memadai. “Kepala sekolah adalah teladan. Etika sangat dijunjung tinggi, seperti yang kami lihat di sekolah Muhammadiyah di Melbourne, Victoria,” katanya. Ia menambahkan bahwa kepala sekolah harus senantiasa berpikir tentang kemajuan pendidikan dan memikirkan inovasi di setiap waktu.
Selain itu, Dahlan juga menegaskan bahwa kreativitas dan inovasi sangat diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan. “Kepala sekolah harus kreatif dan inovatif, memiliki visi rahmatan lil’alamin, untuk memajukan pendidikan Muhammadiyah yang memberi manfaat bagi umat,” ujarnya.
Pelatihan Diksuspala ini diharapkan dapat memberikan dampak besar dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan para kepala sekolah Muhammadiyah. Dengan pembekalan yang diperoleh selama pelatihan, diharapkan para kepala sekolah dapat memimpin dengan lebih efektif, kreatif, dan membawa kemajuan bagi dunia pendidikan Muhammadiyah di masa depan.
“Melalui Diksuspala ini, kami berharap para kepala sekolah Muhammadiyah dapat meningkatkan kompetensi mereka, sehingga mampu memimpin dengan lebih baik dan membawa pendidikan Muhammadiyah semakin berkemajuan,” pungkas Dahlan Rais. (KDR/MTb)