KAB. PEKALONGAN – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan Drs. H. Sukarno, MM mengawali peringatan Hari Santri Nasional 2022 dengan mengikuti Ziarah ke Jawa Timur bersama Bupati Pekalongan, para Kyai, Ulama dan Santri pada 18-19/10/2022
Pelepasan Ziarah dilakukan di halaman depan pendopo rumah dinas jabatan Bupati Pekalongan, selasa malam jam 19.30 WIB, sejumlah tempat yang diziarahi diantaranya makam KH.Hasyim Asyari, KH.Wahid Hasyim, KH.Abdurahman Wahid di Kompleks Ponpes Tebu Ireng Jombang, Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri dan makam Ir. Soekarno, Blitar
Asisten Daerah II Setda Kab. Pekalongan, Wahyu Kuncoro menyampaikan dalam sambutannya bahwa kegiatan ziarah ini dilaksanakan dalam rangka rangkaian acara hari santri tahun 2022, semoga dengan ziarah ini bisa memberikan semangat bagi generasi penerus.
“Dengan begitu, diharapkan masyarakat Kabupaten Pekalongan bisa meneladani para Muassis, para Kyai, para Ulama dalam menjalankan tugasnya masing-masing.”
“Ziarah akan dilaksanakan di Makam KH. Hasyim Asyari, Makam KH. Wahid Hasyim, Makam KH. Abdurahman Wahid di Kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang dan Makam Ir. Soekarno di Blitar
Dipilihnya 4 titik makam ini karena keempatnya adalah tokoh besar dan bersejarah dalam penyebaran ajaran-ajaran Islam dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. “Kita harus mengenang para pendahulu. Meneruskan perjuangan para pendahulu dan bisa mewujudkan cita-cita pendahulu”
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, H. Sukarno mengatakan, sejumlah agenda peringatan Hari Santri 2022 sudah disiapakan. diawali dari ziarah ke Jawa Timur (18-19/10), jalan sehat hari santri (21/10), apel besar hari santri (22/10), pengajian umum (22/10) dan diakhiri karnaval hari santri (23/10) sebagai puncak peringatan Hari Santri Nasional 2022.
Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Peringatan Hari Santri Nasional pada tahun 2022 mengangkat tema “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”.
Tema tersebut mencerminkan keberadaan santri yang dicatat dalam sejarah selalu ada dalam setiap fase perjalanan Indoensia, di mana ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri senantiasa berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi dari ajaran agama. (MS.TQM/MTb)