KAJEN, (HUMAS) — Kepala Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Imam Tobroni, turut hadir meriahkan perayaan tradisi syawalan “Megono Gunungan” di Linggoasri pada Rabu (17/04/2024). Acara yang dihadiri oleh Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq, serta para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), sukses menarik ribuan masyarakat yang mulai berdatangan sejak pagi hari.
Tradisi syawalan “Megono Gunungan” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Kabupaten Pekalongan, khususnya di Desa Linggoasri Kecamatan Kajen. Dalam acara ini, belasan gunungan berisi aneka macam makanan tradisional dan hasil bumi dari 19 Kecamatan disajikan sebagai simbol keberkahan dan kebersamaan
Tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal, tetapi syawalan di Linggoasri juga berhasil memikat hati para wisatawan dari luar kota yang ingin menyaksikan keunikan tradisi lokal yang dipenuhi dengan nuansa kearifan lokal tersebut. Mereka terpesona oleh semangat kebersamaan dan kekompakan yang terpancar dalam setiap prosesi syawalan tersebut.
Bupati Pekalongan Fadia Arafiq dalam sambutannya menyampaikan bahwa tradisi syawalan megono gunungan di Kabupaten Pekalongan harus terus dilestarikan. Bupati Fadia juga mengungkapkan harapannya agar syawalan dapat digelar lebih meriah lagi tahun depan, “Acara hari ini, semoga membawa keberkahan bagi kita semua dan tradisi syawalan ini adalah hal yang baik yang harus kita lestarikan. Insya Allah, jika diberikan kesempatan tahun depan Linggoasri dapat berkembang dan menjadi lebih baik lagi,” ujarnya.
Sementara itu sebelumnya Kepala Dinporapar Kabupaten Pekalongan, Wahyu Kuncoro, mengungkapkan bahwa pelaksanaan syawalan megono gunungan tersebut merupakan hasil kolaborasi semua pihak, khususnya masyarakat Linggoasri yang telah ditetapkan sebagai Desa Sadar Kerukunan dan Kampung Moderasi Beragama dan meraih penghargaan nasional tingkat dua kategori Rumah Ibadah Moderasi melalui Masjid At-Taqwa dan Pura Kalingga
Wahyu menambahkan bahwa rangkaian kegiatan syawalan yang digelar bersifat tradisional dan berjalan lancar berkat dukungan semua pihak, “Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat, tokoh masyarakat, dan organisasi yang telah berpartisipasi dalam membantu kelancaran dan pengamanan acara ini.” Pungkasnya.
Kepala Kemenag Kab. Pekalongan Imam Tobroni, dalam keterangannya menegaskan pentingnya melestarikan tradisi-tradisi lokal sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi mendatang. Ia juga mengapresiasi partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dan merawat tradisi syawalan ini, sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya dan agama.
Perayaan syawalan “Megono Gunungan” di Linggoasri tidak hanya menjadi ajang silaturahmi antarwarga, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali persaudaraan di tengah pluralitas masyarakat Pekalongan. Semangat kebersamaan yang terpancar dalam tradisi ini menjadi landasan bagi pembangunan harmoni dan perdamaian di Kabupaten Pekalongan.
Diharapkan, tradisi syawalan “Megono Gunungan” akan terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan kearifan lokal masyarakat Pekalongan. Serta menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengenal dan menyaksikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh daerah ini.(MTb)