JAKARTA, (HUMAS) — Pemerintah Indonesia terus memperkuat layanan kesehatan jemaah haji melalui sistem satu data kesehatan, yang memungkinkan pemantauan kondisi jemaah secara real-time sejak keberangkatan dari tanah air hingga pelaksanaan ibadah di Tanah Suci. Sistem ini menjadi bagian vital dalam transformasi layanan haji yang lebih adaptif, responsif, dan personal.
“Satu data ini menghimpun seluruh informasi medis jemaah—dari rekam kesehatan, riwayat penyakit penyerta, hingga intervensi medis yang telah diberikan. Dengan data yang saling terhubung antar kloter, sektor, dan KKHI, kami bisa bertindak cepat dan tepat,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan, Liliek Marhaendro Susilo, dalam konferensi pers Kabar Haji untuk Indonesia di Jakarta.
Layanan Lebih Tepat Sasaran
Melalui sistem ini, petugas kesehatan dapat menentukan siapa saja yang memerlukan pengawasan intensif, pembatasan aktivitas, bahkan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Edukasi kesehatan pun dapat diberikan secara lebih efektif, sesuai kondisi masing-masing jemaah—baik lansia, jemaah sehat, maupun yang memiliki komorbid.
“Tidak semua jemaah memiliki risiko yang sama. Dengan sistem ini, kami bisa memberi pendekatan berbeda dan lebih tepat sasaran,” jelas Liliek.
Ia menambahkan, layanan kesehatan haji siaga 24 jam. Seluruh petugas—dari kloter hingga Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)—telah dibekali peta risiko kesehatan jemaah sehingga dapat mengambil keputusan dengan cepat dan terukur.
Waspadai Puncak Ibadah
Meskipun secara umum kondisi jemaah haji Indonesia masih stabil, Liliek mengingatkan bahwa puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) akan menjadi ujian fisik dan mental yang berat. Oleh karena itu, jemaah diimbau untuk menjaga kebugaran, menghindari kelelahan, dan selalu mematuhi arahan petugas kesehatan.
“Cuaca ekstrem dan aktivitas padat memerlukan kesiapan fisik prima. Istirahat cukup dan tidak memaksakan diri sangat penting,” ujarnya.
Vaksinasi Lengkap untuk Cegah Penyakit Menular
Sebagai langkah preventif, seluruh jemaah haji reguler telah diberikan vaksin meningitis dan polio. Sebanyak 211.751 dosis vaksin meningitis dan 203.410 dosis vaksin polio telah disiapkan dan didistribusikan. Liliek juga menekankan bahwa vaksin polio tetap menjadi syarat wajib, sesuai ketentuan Pemerintah Arab Saudi.
Komitmen Pemerintah untuk Keselamatan Jemaah
Sistem satu data kesehatan ini menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan jemaah selama beribadah. “Satu data bukan sekadar sistem. Ini adalah ikhtiar negara untuk menjaga keselamatan setiap jemaah,” pungkas Liliek.
Dengan teknologi yang terintegrasi dan komitmen penuh para petugas di lapangan, pemerintah optimis jemaah haji Indonesia dapat menunaikan ibadah dengan aman, sehat, dan khusyuk. (Humas)