TALUN, (HUMAS) — Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan sukses menyelenggarakan kegiatan Pelaksanaan Aksi Program Pengembangan Kampung Moderasi Beragama di Desa Jolotigo, Kecamatan Talun. Acara ini berlangsung pada Rabu (31/07/2024) di Balai Desa Jolotigo, dihadiri oleh berbagai tokoh penting serta masyarakat setempat.
Dalam kegiatan ini, turut hadir Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Imam Tobroni; Kasubbag Tata Usaha, Gunawan; Kasi Bimas Islam, Busaeri; serta jajaran Muspika Kecamatan Talun, termasuk Kapolsek Talun, Danramil Talun, Camat Talun, dan Kepala Desa Jolotigo. Kehadiran para Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pekalongan juga menjadi bagian penting dalam acara ini.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan gotong royong kerja bakti yang melibatkan para tokoh masyarakat, tokoh agama, penyuluh agama, serta umat beragama untuk membersihkan lingkungan sekitar. Kegiatan ini menunjukkan semangat kebersamaan dan kepedulian antarumat beragama dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan dialog lintas agama yang menghadirkan narasumber dari FKUB Kabupaten Pekalongan dan Badan Kesbangpol Kabupaten Pekalongan. Dialog ini menjadi momen penting untuk membahas isu-isu kebhinekaan dan mencari solusi atas tantangan yang dihadapi masyarakat dalam menjaga harmoni dan toleransi beragama.
Dalam sambutannya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Imam Tobroni, menekankan pentingnya empat indikator moderasi beragama yang perlu diimplementasikan dalam masyarakat.
Komitmen Kebangsaan: Imam Tobroni menekankan bahwa masyarakat moderat harus memiliki komitmen yang kuat terhadap kebangsaan. Masyarakat harus dapat memadukan antara ajaran agama dan nilai-nilai kebangsaan tanpa harus saling bertentangan. Agama dan negara seharusnya berjalan berdampingan untuk membangun bangsa yang damai dan sejahtera. Dengan komitmen ini, masyarakat akan mampu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta menjaga keutuhan bangsa dalam kebhinekaan.
Toleransi: Toleransi merupakan fondasi utama dalam moderasi beragama. Imam Tobroni menjelaskan bahwa masyarakat yang moderat akan selalu menjaga sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Toleransi ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengedepankan sikap saling menghormati antarumat beragama. Masyarakat harus dapat menerima keberagaman dengan lapang dada, sehingga menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis.
Anti Kekerasan: Imam Tobroni menegaskan bahwa masyarakat moderat harus menolak segala bentuk kekerasan. Perbedaan pendapat dan pandangan adalah hal yang wajar, namun tidak boleh dijadikan alasan untuk melakukan tindakan kekerasan. Masyarakat moderat akan mengedepankan dialog dan musyawarah sebagai cara untuk menyelesaikan perbedaan. Dengan menghindari kekerasan, masyarakat dapat membangun lingkungan yang aman dan kondusif bagi semua pihak.
Menghormati Tradisi dan Budaya Lokal: Indikator keempat adalah pentingnya menghormati tradisi dan budaya lokal. Imam Tobroni mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya lokal selama tidak melanggar ketentuan dan norma-norma agama. Dengan menghargai budaya lokal, masyarakat dapat memperkuat identitas dan keunikan daerahnya, serta menjadikannya sebagai aset yang berharga dalam memperkaya kebudayaan bangsa.
Imam Tobroni juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai Desa Jolotigo yang telah ditetapkan sebagai Kampung Moderasi Beragama. Beliau berharap agar nilai-nilai ini terus dijaga dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui aksi nyata.
Sebelumnya, Kepala Desa Jolotigo, Taruno, dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya kegiatan ini di wilayahnya. Ia mengapresiasi semangat gotong royong dan dialog lintas agama yang berhasil dilaksanakan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, khususnya kepada Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan.
Camat Talun, Argo Yudho Ismoyo, dalam sambutannya menyoroti kehidupan masyarakat Jolotigo yang hidup rukun dan penuh toleransi. Beliau menggambarkan bagaimana warga muslim turut hadir dan membantu ketika ada warga Kristen yang meninggal, demikian juga sebaliknya. Hal ini mencerminkan kerukunan dan kebersamaan yang telah lama terjalin di masyarakat Jolotigo.
Acara ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menerapkan nilai-nilai moderasi beragama, serta menjaga kerukunan dan keharmonisan di tengah keberagaman. (MTb)