PEKALONGAN, (HUMAS) – Sebagai kota batik yang sarat akan nilai budaya, Kabupaten Pekalongan terus berkomitmen dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur. Salah satunya melalui partisipasi ratusan guru Raudhatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), dan Taman Anak-anak (TA) dalam Gerakan Nasional Guru RA Membatik (GERNASRATIK) yang diselenggarakan di Hotel Dafam Pekalongan pada Sabtu, 2 Agustus 2025.
GERNASRATIK merupakan inisiatif nasional yang bertujuan memperkenalkan batik kepada anak-anak usia dini melalui peran aktif para guru. Dalam pelatihan ini, para peserta dibekali berbagai teknik membatik, termasuk teknik eco print yang memanfaatkan bahan alami dari lingkungan sekitar seperti daun, bunga, dan akar-akaran.
Ketua Kelompok Kerja RA (KKRA) Kabupaten Pekalongan, Siti Wasiqoh, menegaskan pentingnya edukasi membatik di kalangan guru RA sebagai upaya pelestarian budaya sejak dini.
“Guru adalah ujung tombak. Melalui tangan para guru, anak-anak bisa mengenal dan mencintai batik bukan hanya sebagai kain, tapi sebagai identitas dan kebanggaan bangsa,” ungkapnya.
Antusiasme para peserta terlihat sejak awal hingga akhir kegiatan. Mereka mengikuti arahan dari narasumber yang secara khusus dihadirkan dari Semarang untuk memberikan pelatihan membatik secara praktis dan aplikatif.
Pengawas RA Kabupaten Pekalongan, H. Subiyantho, menyampaikan bahwa kegiatan ini juga sangat relevan untuk diintegrasikan dalam momentum Hari Batik Nasional pada 2 Oktober mendatang.
“Melalui GERNASRATIK, kita tidak hanya mengajarkan keterampilan membatik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kecintaan budaya kepada anak-anak sejak usia dini. Ini investasi besar bagi kelestarian batik ke depan,” ujarnya.
Melalui gerakan ini, guru-guru RA diharapkan tidak hanya menjadi pelaku pelestari budaya, tetapi juga agen perubahan yang menanamkan rasa cinta tanah air kepada peserta didik melalui media batik. Dengan begitu, regenerasi kecintaan terhadap batik akan terus berlanjut dari satu generasi ke generasi berikutnya.(KDR/MTb)