KEDUNGWUNI, (HUMAS) — Selasa (2/4/24) Puasalah kamu maka kamu akan mendapatkan kesehatan. Hadits Rasulullah SAW diriwayatkan Abu Hurairah (Abdurrahman) ini menjadi dasar paparan materi cerdas sehat berpuasa. Dengan puasa akan memberikan kesehatan lahir dan batin. Secara lahir fisik akan bertambah sehat dan bugar. Secara batin akan menumbuhkan rasa sabar dan tentram.
Bulan puasa terbagi menjadi 3 fase. Sepuluh hari pertama penuh dengan rahmat. Sepuluh hari kedua penuh dengan maghfiroh. Sepuluh hari ketiga dijauhkan dari siksa api neraka. Pada sepuluh hari ketiga sudah seharusnya semakin ditingkatkan ibadahnya baik puasa, sholat, dzikir, zakat, membaca Al Quran, sodakoh dan amaliah baik lainnya. Bahkan sebagian ulama memaparkan bahwa pada 10 hari terakhir akan ada lailatul qodr malam yang penuh dengan kemuliaan ibadah 1000 bulan. Subhanallah.
Kisah masyur salah seorang umat Nabi Musa yang istikomah ibadah selama 1000 tahun. Hidupnya penuh dengan ibadah sampai akhir hayatnya. Saat dimasukan surga, ia menyangka bahwa masuk surga karena ibadah 1000 tahun. Setelah ditimbang amal ibadah dan satu biji matanya. Ternyata lebih berat satu biji matanya yang dikarunia dengan nikmatnya. Masya Allah. Ia dimasukan surga karena rahmat Allah SWT. Nikmat Allah tidak bisa dibandingkan. Subhanallah.
Golongan orang yang sangat diharap masuk surga yaitu orang yang gemar membaca Al Quran,
menjaga lisan, memberi makanan kepada orang yang lapar dan puasa di bulan Ramadhan. Puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban yang harus dilakukan orang-orang yang beriman. Muara akhir tujuan puasa Ramadhan adalah menjadi orang yang bertakwa. Mari istikomah puasa yang tinggal menghitung hari agar menjadi pribadi yang bertakwa.
Paparan hikmah Sehat Cerdas Puasa diuraikan dengan rinci oleh pemateri kegiatan pesantren Intensif Ramadan. Fikih puasa sangat urgen untuk mengetahui hukum dan kaidah puasa. Pemateri sehat cerdas puasa disampaikan KH Muhamad Suud di aula yang diikuti peserta didik kelas X.1- X.9. dengan sangat sistematis dan mudah dipahami. Demikian pula fikih puasa dijelaskan Ustadz Misbahudin di aula lantai 2 yang diikuti peserta didik kelas XI Di tengah-tengah paparan materi diberikan doorprize untuk memicu adrenalin peserta mengikuti acara sampai selesai.
Puasa secara bahasa berarti menahan diri. Puasa menurut istilah syariat adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah Ta’ala. Hukum puasa Ramadan adalah wajib. Hal ini sesuai dengan perintah puasa Q.S. Al Baqarah :183.
Rukun puasa terdiri atas niat puasa dan imsak (menahan diri). Niat puasa wajib harus dilakukan sejak malam, sedangkan puasa sunah tidak harus sejak malam. Niat puasa dalam ibadah terletak dalam hati dan tidak harus diucapkan. Dalam madzab Syafi’i dianjurkan melafalkan niat untuk menuntun tekad dalam hati. Imsak (menahan diri) dari makan/minum, hubungan suami istri, masturbasi dan sengaja muntah. Dispensasi puasa bila sakit, bepergian dan tidak kuat. Tetapi harus mengganti di hari lain dan yang tidak mampu (boleh tidak puasa) tetapi membayar fidyah.
Jika umatku tahu hikmah Ramadhan maka akan berharap 1 tahun itu bulan Ramadhan. (MC FH/MTb)