Kab.Pekalongan-MTs N 2 Pekalongan terus berbenah untuk menuju sekolah adiwiyata. Salah satu upayanya, sekolah ini terus berupaya mengurangi sampah plastik di lingkungan madrasah dengan gerakan tanpa bungkus plastik.
Kepala MTsN 2 Pekalongan, Shobirin, Selasa (5/11), mengatakan, selain melengkapi dokumen administrasi dan penyesuaian visi misi, sosialisasi juga dilakukan kepada warga madrasah, wali murid, guru, dan pegawai, komite madrasah, dan para murid. “Semua elemen kita sosialisasikan untuk bersama-sama mendukung program adiwiyata pada tahun ini,” ujar dia.
Dikatakan, warga madrasah disamping wali murid, komite, dan pegawai banyak yang berprofesi sebagai pedagang, baik di lingkungan madrasah maupun di luar madrasah. “Anak-anak kita juga membeli dari para pedagang ini, maka sesuai dengan pembinaan Dinas Perkim dan LH maka harus diperhatikan jajanan anak,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, para pedagang sudah dikumpulkan untuk menjajakan jajanan yang memenuhi kriteria kesehatan. Dalam pertemuan itu, lanjut dia, pihak sekolah dan pedagang juga ada kesepakatan untuk mengurangi sampah plastik.
“Kita juga menyepakati jika dalam program adiwiyata selain memperhatikan kondisi lingkungan disamping tanaman-tanaman juga ada gerakan tanpa bungkus plastik,” terang dia.
Disebutkan, gerakan tanpa bungkus plastik sudah dimulai sejak 1 November 2019. Dampaknya pun sangat terasa. Dengan gerakan itu, lanjut dia, dalam satu hari bisa mengurangi ribuan bungkus plastik.
“Selama ini biasanya bungkus jajanan baik itu bakso, siomay, dan lainnya menggunakan plastik. Biasanya anak kan bukan hanya makanannya tapi juga minumannya juga dengan bungkus plastik. Jika siswa saya ada 730-an, istirahat pertama saja bisa dipastikan ada dua kali bungkus plastik. Maka sekali istirahat ada 1.400an plastik. Padahal istirahat ada dua kali, dan biasanya anak jajan ya dua kali,” ujar dia.
Dikatakan, petugas pengangkut sampah tiap sore hari yang biasanya mengangkut sampah plastik yang menggunung saat ini hampir tidak ada sampah plastiknya. “Caranya bukan pedagang yang menyediakan wadah tapi anak-anak kita sarankan wadah tidak sekali pakai, sehingga anak-anak membawa botol minuman atau gelas dan wadah makanan sendiri yang bisa dicuci sendiri,” ujar dia.
Sehingga, lanjut dia, saat pelajar beli jajanan seperti bakso atau minuman seperti es, maka mereka bawa tempat sendiri. Setelah itu, wadah itu dicuci sendiri. “Jadi solusinya bukan di pedagang tapi dari anak-anak. Dengan gerakan tanpa bungkus plastik ini anak-anak terlibat langsung, karena anak membekali dirinya dengan wadah,” katanya.
Ditambahkan, berdasarkan visi dan misi, guru dalam setiap pembelajaran juga memperhatikan kondisi lingkungan, sehingga pendidikan lingkungan sudah diimplementasikan dalam kurikulum dan setiap mata pelajaran di sekolahan tersebut.
Menurutnya, penataan lingkungan sekolah juga sudah dilakukan. Anak-anak pun terlibat dalam penataan tersebut. “Anak-anak tadi juga menyediakan tiga tempat sampah, yakni untuk organik, anorganik, dan sampah berbahaya,” katanya. Pembuatan lubang biopori hingga penyempurnaan tanaman di lingkungan sekolah juga dilakukan. “Anak-anak juga membawa tanaman, komite ya, bapak ibu guru juga bawa. Jadi semuanya Insya Allah terlibat langsung,” ujar dia.(hfrn)