KAJEN – Meski bersedia bertaubat, Jumat (10/6) kemarin, mantan guru SD di Kabupaten Pekalongan, Sri Hartatik, masih meminta kepada pemerintah dan tokoh agama agar buku ciptaannya, Alkitab Na’sum tidak dimusnahkan. Sri Hartataik yang sebelumnya sempat mengaku sebagai utusan Tuhan, dan menyatakan pernah bertemu Malaikat Jibril, menganggap, buku ciptaannya itu sebagai kitab wahyu dari Tuhan.
Menjelang taubat, Sri Hartatik mengatakan, di dalam buku tersebut terdapat peringatan-peringatan yang mungkin akan terbukti kebenarannya. Sehingga, masih meminta agar kitab itu tidak dimusnahkan meski ia bertaubat.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) H Muhammad Dzukron, mengatakan, pihaknya sudah membaca penuh kitab Na’sum karangan Sri Hartatik. Sehingga dirinya mengetahui sejumlah penyimpangan dalam kitab tersebut. “Beberapa penyimpangan itu antara lain, adanya penyampuradukan ajaran Islam, Kristen, Katolik, Zabur dan Taurot. Kemudian menurutnya wahyu dari Jibril itu harus disampaikan kepada masyarakat. Bahkan, yang tidak menerima kitab itu, akan mendapat bencana,” ujar Dzukron, kemarin.
Dipaparkan, ada 620 halaman dalam kitab tersebut, mulai dari surat muhammad dan ayat-ayat kepala, kaki dan lainnya. Buku itu, lanjut dia, dimungkinkah ia peroleh dari bisikan gaib yang mengalaminya. “Mungkin, itu diperoleh dari bisikan gaib yang masuk ke jiwanya. Sebab dia mengaku memiliki ilmu rogoh sukma, dan katanya bisa memanggil ustad Jefri (Uje), Ustad Rahmad, Kyai Basari,” terangnya.
Dikatakan, usai menjalani pemeriksaan ke psikiater, hasilnya tidak ditemukan adanya gangguan kejiwaan pada Sri Hartatik dan suaminya. Namun Sri Hartatik mengaku mengalami sakit di pinggang karena di santet orang.
Namun, diakui, setidaknya ada sembilan orang pengikut Sri Hartatik termasuk keluarganya. Pihaknya berharap Sri Hartatik dan suaminya benar-benar bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
“Dia sudah bertaubat. Semoga betul-betul taubat sebagai seorang Islam. Pendampingan melalui Kemenag dan masyarakat sekitar, untuk mengajarkan dan membimbing yang benar. Masyarakat sekitarnya minta dibuatkan mushola, sebab pemukiman di sekitarnya hanya sedikit,” harapnya.
Sementara, Ketua Umum MUI Kabupaten Pekalongan, KH Rozikin Daman, membenarkan hal itu. Menurutnya apa yang dilakukan oleh Sri Hartatik menyerupai Musadek. “Dia merasa mendapatkan wahyu, padahal pada ajaran Islam wahyu terakhir diterima oleh Nabi Muhammad. Sehingga, itu merupakan penyimpangan-penyimpangannya dan bertentangan dengan Alquran,” tuturnya usai menuntun Sri Hartatik dan suaminya melafalkan syahadat, di Masjid Al-Muhtaram Kajen, Siang kemarin.
Setelah kembali ke jalan lurus dengan melafalkan dua kalimat syahadat, pihaknya meminta Sri Hartatik dan suaminya untuk benar-benar mencabut dan meninggalkan apa yang selama ini dilakukannya. Selain itu, pihaknya juga meminta keduanya untuk sungguh-sungguh berniat tidak akan mengulangi perbuatan itu selamanya atau taubat. “Pembinaan terus menerus akan dilakukan bersama organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Sebab, kondisi beliau saat masih labil,” tambahnya.