Para santri di Kabupaten dan Kota Pekalongan bersatu padu menyelenggarakan berbagai kegiatan memeringati Hari Santri Nasional Tahun 1438 H/2016 M yang jatuh pada 22 Oktober kemarin. Kegiatan diawali dengan Lomba Rebana, Jumat (21/10) kemarin, yang diikuti oleh santriwan dan santriwati dari beberapa Pondok Pesantren di wilayah Kabupaten dan Kota Pekalongan.
Kegiatan dilanjut dengan Wayang Santri dengan dalang Ki Enthus Susmono yang juga menjadi agenda bersama Kabupaten dan Kota Pekalongan. Pagelaran wayang digelar Jumat (21/10) malam, di halaman Rumah Dinas Bupati Pekalongan di Kajen dengan tokoh Lupit dalam lakonnya Lupit Kembar Mustika Delima.
Seminar para kyai utuk memperkokoh Pancasila dan UUD 1945 di Pendopo Rumah Dinas Bupati Pekalongan juga melengkapi rangkaian kegiatan. Kemudian dilanjut istighotsah untuk mendoakan negara Republik Indonesia demi kebaikan dan kemaslahatan bangsa juga diselenggarakan untuk memeringati hari besar yang baru pertama kali diperingati tersebut.
Puncak acara dari rangkaian kegiatan itu yaitu Kirab Merah Putih yang diikuti oleh kurang lebih 4000 santri putra dan putri dari beberapa pondok pesantren serta sekolah di bawah yayasan maarif dan masyarakat umum di wilayah Kab/Kota Pekalongan, Sabtu pagi, 22 Oktober 2016.
Plt. Kankemenag Kabupaten Pekalongan Imam Tobroni mendampingi wakil Bupati Pekalongan Ir Arini Harimurti melepas kirab merah putih di Lapangan Kebon Agung Kajen selanjutnya diterima oleh Bupati Pekalongan H Asip Kholbihi SH MSi di Boulevarrd Rumah Dinas Bupati Pekalongan, di Jalan Mandurorejo Kajen.
Bupati yang pagi itu didampingi oleh para Ulama dan Asisten Sekda serta beberapa Kepala SKPD Kabupaten Pekalongan menyampaikan harapannya pada para santri sebagai generasi penerus bangsa untuk terus menerus mencari ilmu sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat.
“Mondok bukan pilihan, tetapi adalah sebuah keharusan karena menyeimbangkan ilmu umum dan ilmu agama. Ini penting bagi kita. Adik-adik sekalian jangan khawatir. Kalian bisa menjadi bupati seperti saya atau profesi apapun yang mulia kalau Allah menghendaki,” ujar Asip.
Menurut Asip, sebenarnya Hari Santri digelar untuk menumbuhkan kembali semangat patriotisme dan nasionalisme sekaligus mengenang kembali perjuangan para leluhur pada tahun 1948, yaitu pada saat Agresi Bellanda II. Saat itu, ratusan kyai di nusantara dibawah pimpinan Ky H.Hasyim Asyari bersepakat untuk bersatu padu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang pada saat itu baru merdeka. “Ayo, semangat mempertahankan kemerdekaan ini. Jangan putus asa dan jangan pesismis. Santri harus optimis, dan mencari ilmu itu panjang masanya,” pesan Bupati.
Bupati menyampaikan, semangat ini sekarang hendaknya dielaborasi dalam bentuk belajar, semangat untuk bersatu dan menghargai orang lain serta untuk mencintai dan mempertahankan NKRI dan untuk yang tidak bisa ditawar yaitu NKRI harga mati. “Insya allah kegiatan ini akan dijadikan agenda tahunan antara Pemkab dan Kota Pekalongan bersama-sama,” ujar Asip.
Sementara itu, Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti dalam sambutannya saat melepas para Santri menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh yang terlibat dalam acara ini.
Khususnya, paserta kirab dan panitia penyelenggara. Sehingga seluruh komponen masyarakat dapat menyaksikan bersama kemeriahan dan kekompakan para santri di willayah Kabupaten dan Kota Pekalongan dalam memeringatai Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober ini.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa kekompakan para santri ini merupakan cerminan khususnya di Kabupaten dan Kota Pekalongan untuk saling mendukung di dalam syiar Islam maupun di dalam menjaga dan memperkokoh Pancasila serta NKRI. Hal itu sesuai dengan tema peringatan Hari Santri bahwa “Kita Bertekad untuk Memperkokoh Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.