KAB. PEKALONGAN– Bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Selasa (27/09) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, H. Musta’in Ahmad, SH., MH. berkesempatan memberikan arahan dalam pembinaan Kepala Kantor Kabupaten/Kota se Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan di sela sela kegiatan peresmian UIN KH Abdurahman Wahid dan Launching Peringatan Hari Santri tahun 2022 di Kabupaten Pekalongan.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan Drs. H. Sukarno, MM dalam sambutan pengantarnya menyampaikan ucapan terimakasih dan selamat datang kepada Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Tengah dan Kepala Kantor Kabupaten/Kota se Jawa Tengah yang telah hadir dalam kegiatan, selanjutnya Ia menambahkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya untuk saling menguatkan satu sama lain dan untuk mendengarkan arahan dari Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Tengah yang selanjutnya untuk bisa di tindaklanjuti oleh Kepala Kantor Kabupaten/Kota
Terakhir H. Sukarno menyampaikan permohonan maaf selaku tuan rumah, bila dalam penyambutanya masih banyak kekurangannya
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, H. Musta’in Ahmad, SH, MH mengucapkan terimakasih kepada seluruh Kepala Kantor Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah yang hadir, khususnya kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan selaku tuan rumah, kemudian dalam arahanya kakanwil kemenag jawa tengah menyampaikan tentang Pentingnya pengendalian diri, “tetaplah awas, tetaplah waspada, tetaplah waras untuk kita berhadapan dengan kesempatan maupun kesulitan, “ucapnya
Selanjutnya H. Musta’in menjelaskan “bahwa dalam kehidupan ini, ketika kita diberi kesempatan untuk berhadapan dengan suatu masalah, sesungguhnya kita sedang diuji, bagaimana kita bisa mendayagunakan apa yang telah dikaruniakan Allah SWT, segenap resources yang telah diberikan kepada kita itu digunakan untuk menghadapi setiap persoalan, untuk menghadapi setiap masalah”
“Ketika menghadapi masalah, sesungguhnya disitu adalah ada kesempatan kita untuk naik kelas, semua pandangan positif, optimis yang telah kita bangun selama ini, sesunguhnya mengarah kesana, oleh karena itu maka kita mesti awas betul, mesti cermat betul tentang keniscayaan persoalan atau masalah dalam kehidupan ini, orang bijak mengatakan bahwa setiap persoalan atau masalah bahkan konflik itu inheren dalam kehidupan. Jadi masalah itu inheren dengan kehidupan, masalah itu satu paket dengan kehidupan, “terangnya
“ Lalu apa yang kemudian bisa kita lakukan dan apa yang kemudian harus kita lakukan, ayolah kita Kembali kepada jati diri kita, kembali kepada fitrah kelahiran kita sebagai manusia yang diciptakan dimuka bumi ini, sesungguhnya kita punya tugas kehidupan sedemikian besar, dan begitu luas kesempatan, ada banyak yang bisa didekati dari apapun, yang paling gampang dan popular adalah bahwa kita diciptakan itu pasti ada manfaatnya, sedangkan binatang melata itu pun ada gunanya,
Bahwa ada pandangan pandangan pribadi yang mungkin menjadi obsesi, “saya ingin seperti ini, saya ingin seperti itu, tapi kita harus bersyukur, bahwa tidak semua keinginan itu terpenuhi, sebab kalo semua keinginan kita terpenuhi, pasti hidup kita akan repot sekali, ”terangnya
Nasehat bijak karena kita diciptakan sebagai manusia ada manfaatnya, “kalo kita tidak bisa hidup untuk dirimu sendiri, maka hiduplah untuk orang lain, sebab kemanfaatan itu akan menjadi makna, akan menjadi nilai dengan kehadiran kita di jagat raya ini “
Lebih lanjut H. Musta’in menerangkan “ dalam konteks kita sebagai abdi negara, sebagai abdi masyarakat, sebagai aparatur pemerintah, kita ini sudah punya ukuran, maka pakailah ukurannya sebagai pegawai negeri, diawali dari hal hal yang sederhana, kenali diri, maka engkau akan tahu diri, maka engkau akan mengerti untuk menempatkan diri, kalo sebagai pegawai negeri ya pakailah gayanya pegawai negeri saja, tidak usah pakai gaya bupati, tidak usah pakai gaya pengusaha minyak dan lain sebagainya, artinya apa, kita bisa mengukur, dengan ukuran itu, kita bisa menakar mana yang kira kira boleh dan bisa kita lakukan, dan mana yang tidak boleh dan tidak bisa kita lakukan,”
“Ini kemudian akan mengendalikan diri kita, untuk kemudian melangkah terus berbuat terukur sesuai standar, dan tentunya standar yang paling pokok tentu regulasi, aturan. Tapi aturan itu tinggal jadi aturan kalo dia tidak diberi nilai, tidak diberi ruh.
Jabatan itu oh hebat , tapi kalo jabatan berhenti hanya pada jabatan saja, tidak diberi nilai, tidak diberi ruh pelayanan, maka jabatan itu akan menjadi sesuatu yang membuat orang malah muak “
“Bahwa Kehadiran setiap kepala itu adalah untuk menghadirkan kesejahteraan untuk lingkungan, tapi kalo jabatan menjadi sarana untuk gemlelengan, sifat tabligh, amanah, sidik dan fathonah tidak muncul, tapi yang muncul sifat arogan, maka kue kesejahteraan itu bisa berantakan, tidak muncul, nilai kemanfaatanya menjadi hilang”
“Inilah yang perlu kita perkuat dalam diri kita dan lingkungan yang menjadi tanggungjawab kita, untuk terus kita kembangkan, agar kita memaknai kehidupan kita, memaknai kesempatan, memaknai jabatan itu dengan jernih dan benar, maka harapanya semua akan kita kembalikan, semua akan kita ukur dengan regulasi itu, ini boleh atau tidak boleh, ini benar atau tidak benar, itu menjadi tolak ukur, “tegasnya.
Terakhir Musta’in berpesan, dengan kita memandang pada regulasi, peraturan bahkan kode etik dan perilaku, itu insyaa Allah sesungguhnya akan menjadi pagar, akan menjadi benteng untuk kita tidak terseret atau terjebak pada persoalan persoalan yang tidak perlu. “tutupnya. (MTb)