Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan menggelar Pelatihan Pencegahan Konflik Tingkat Kabupaten Pekalongan Tahun 2016 di Hotel Marlin kemarin, diikuti sejumlah tokoh agama dan masyarakat dilingkungan Kabupaten Pekalongan mendatangkan narasumber dari Polres Pekalongan, Dandim Pekalongan dan MUI Kabupaten Pekalongan.
Ketua panitia penyelenggara yang juga menjabat sebagai Kasubbag TU Kemenag Kabupaten Pekalongan Suhaimi mengatakan, tujuan diadakannya kegiatan ini untuk meningkatkan kerukunan umat beragama, membangun kesadaran dalam mencegah dan mengantisipasi terjadinya konflik-konflik keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat agar terbentuk keharmonisan, kerukunan dan toleransi umat beragama di Kabupaten Pekalongan.
”Selain itu tujuan diadakannya kegiatan ini adalah menjalin silaturahmi, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga keagamaan Islam,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, kegiatan ini diikuti puluhan peserta berasal dari pondok pesantre, penyuluh, organisasi masyarakat dan persatuan gereja serta guru PAI. ”Mudah-mudahan apa yang menjadi harapan bersama bisa terwujud,” katanya.
Terpisah Kepala Kemenag Kabupaten Pekalongan A.Umar mengatakan, dalam era sekarang ini butuh peran masyarakat jika ada konflik atau ketidakharmonisan. ”Yang diharapkan mengatasi adalah masyarakat sendiri, dan FKUB berperan sangat besar di sini, karena forum tidak didirikan pemerintah tetapi masyarakat,” kata dia.
Ia mengatakan acara ini menjadi pemberdayaan para pemuka agama agar terus bersama menjaga suasana yang kondusif di Kota Santri. “FKUB itu adalah salah satu wadah yang fungsinya sangat baik, apalagi para agamawan dan secara struktural diakui oleh pemerintah keberadaanya,” ucapnya.
Ditambahkannya, acara ini dibuat untuk membuat forum keagamaan di daerah menjadi semakin optimal, untuk memberikan bekal-bekal mendalam tentang pencegahan konflik. “Tidak hanya peta konflik saja yang perlu tetapi tokoh agama didorong secara aktif 100 persen untuk mengenali konflik dan mencegahnya,” tuturnya.
Dia mengatakan optimalisasi itu adalah sebuah kata netral yang bisa terus dikembangkan, karena persoalan keagamaan ini terus berkembang di tengah masyarakat, sebab para tokoh agama lebih dipatuhi oleh masyarakat dari pada legislator, sehingga mereka diharapkan menjadi perekat ketika ada konflik dalam bentuk apapun. ”Mari bersama terus menciptakan kondusivitas daerah,” katanya.